Kamis, 13 Oktober 2011

TEKNOLOGI PENANGKARAN BENIH PADI


Pendahuluan
Kegiatan agribisnis meliputi tiga sub sistem, yaitu subsistem pra produksi, produksi, dan pemasaran. Dalam subsistem pra produksi, ketersediaan benih/ bibit merupakan prioritas yang perlu diperhatikan, karena keberhasilan agribisnis akan bergantung pada penyediaan sarana produksi, di antaranya benih bermutu.
Benih bermutu adalah benih yang baik dan bermutu tinggi yang menjamin pertanaman bagus dan hasil panen tinggi. Saat ini, benih bermutu dicerminkan oleh keseragaman biji, daya tumbuh, dan tingkat kemurnian yang tinggi.
Untuk menghasilkan benih padi bermutu (bersertifikat) minimum memperhatikan dua prinsip penting, yaitu prinsip genetis dan agronomis. Prinsip genetis adalah pengendalian mutu benih internal yang dilaksanakan produsen benih agar tidak terjadi kemunduran genetiknya. Sebaliknya prinsip agronomis adalah tindakan budidaya secara benar agar dapat menghasilkan benih bermutu tinggi, baik kualitas maupun kuantitas (mutu fisik dan mutu fisiologis benih)

Teknologi produksi benih
1.      Pemilihan lokasi
Padi merupakan tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri dan kemungkinan untuk terjadinya penyerbukan silang sangat kecil (< 0,4 %). Namun demikian, isolasi benih perlu dilakukan dari pertanaman padi lain yaitu minimal 3 meter, atau berbunga tidak bersamaan dengan selisih waktu sekitar 30 hari dari padi konsumsi. Disamping itu lokasi perbenihan harus memiliki kriteria sebagai berikut :
a.       Lahan hendaknya bekas jenis tanaman lain atau diberakan.
b.      Pada lahan bekas tanaman padi, varietas yang ditanam adalah sama dengan varietas yang ditanam sebelumnya.
c.       Ketinggian lahan disesuaikan dengan daya adaptasi varietas tanaman
d.      Lahan relatif subur dengan pH 5,4 – 6, dan memiliki lapisan olah sedalam 30 cm agar sawah tidak lekas kering.
e.       Lahan persemaian terhindar dari cahaya lampu pada saat malam hari.
2.      Pemilihan varietas dan asal benih
Varietas yang diperbanyak disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, kesesuaian lahan, umur tanaman, dan ketahanan terhadap hama penyakit. Benih sumber yang digunakan berasal dari kelas yang sebih tinggi. Untuk menghasilkan benih dasar (FS) digunakan benih penjenis (BS), untuk menghasilkan benih pokok (SS) digunakan benih dasar, sedangkan untuk menghasilkan benih sebar (ES)digunakan benih pokok.
      Produksi benih dapat dilakukan pada musim hujan maupun pada musim kemarau asal kan air cukup tersedia. Untuk memudahkan prosesing hasil, lebih menguntgungkan bila usaha perbenihan dilakukan pada musim kemarau.
3.      Persemaian
a.       Tempat persemaian dibuat seluas 5% dari luas lahan produksi benih, sebelum diolah lahan persemaian diairi terlebih dahulu dan keesok harinya lahan dicangkul dan dibuat bedengan dengan ketinggian 15-20 cm, jarak antar bedengan selebar 30 cm.
b.      Sebelum disebar benih dengan kadar air 11-12 % dimasukan kedalam karung kemudian direndam dalam kolam atau air yang mengalir selama 24 jam untuk mematahkan dormansi.
c.       Selanjutnya benih diperam ditempat teduh selama 24 jam untuk memacu perkecambahan.
d.      Benih disebar secara merata dilahan persemaian pada keadan macak-macak (berlumpur)
e.       Campurkan pupuk 200 gr urea, + 100 gr sp-36 + 60 gr KCL untuk setiap 10 m2 biberikan 5 hari setelah sebar.
f.       Untuk meindunngi serangan persemaian dari hama penyakit, persemaian disemprot dengan insektisida atau fungisida anjuran.
g.       Lahan persemaian diusahakan agar selalu macak-macak sehingga bibit berumur 14-18 hari.
4.      Penyiapan lahan
Penanaman padi untuk produksi benih dilakukan dilahan sawah. Agar tanaman padi dapat tumbuh optimal lahan diolah sebaik mungkin untuk mendapatkan struktur tanahdengan kedalaman lumpur 15 -30 cm, sebagai berikut:
a.       Pngenangan I selama 3-4 hari di ikuti pembajakan I
b.      Penggenangan II selama 2-3 hari di ikuti pembajakan ke II
c.       Penggenangan III selama 2-3 hari di ikuti penggaruan ke I
d.      Penggenangan  ke IV diikutu pengaruan ke II sambil meratakan permukaan tanah
5.      Pengaturan jarak tanam dan tanam
a.       Sesuai dengan anjuran BPSB jarak tanan bibuat mengikuti jarak tanam jajar legowo 2: 1, 4:1, 5:1dengan tujuan untuk mempermudah seleksi tanam yang tumbuh menyimpang.
b.      Bibit umur < 21 hari dengan kondisi sehat ditanam, 1-3 batang per rumpun.
c.       Untuk perbanyakan benih dasar (FS) dari benioh penjenis (BS) bibit ditanam satu batang perlubang tanam. Sedangkan untuk perbanyakan benih pokok (SS) dari benih dasar (FS) dan beih sebar (ES) dari benih pokopk (SS) di tanam 2-3 batang per lubang.
6.      Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, penyulaman, penyiangan, pengairan, serta pengendalian hama dan penyakit.
a.       Pemupukan
Pemupuka dilakukan sama saeperti produksi untuk konsumsi, jenis jumlah (dosis) dan cara pemberian pupuk mengacu pada rekomendasi pemupukan pada padi sawah daerah setempat.
b.      Penyulaman
-          Tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal diganti dengan tanaman yang sehat.
-          Penyulaman dilakukan pada tanaman ber umur 4-10 hari setelah tanam (hst).
c.       Penyiangan
-          Penyiangan (pengendalian gulma) dilakukan secara manual dengan membuang gulma dan tanamanpengganggu lain sebanyak dua kali yaitu pada umur 15 dan 35 hari setelah tanam (hst)
-          Peyiangan dapat pula dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan herbisida.
d.      Pengairan
Pengairan dilakukan secara berseling (intermiten) dengan cara sebagai berikut:
a.       Sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak
b.      Secara ber angsur-angsur lahan diairi 2-5 cm hingga tanaman ber umur 10 hst.
c.       Lahan tidak diairi selama 5-6 hari atau sampai permukaan tanah retak-retak selama dua hari, kemudian diairi kembali setinggi  5-10 cm.
d.      Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari sesudahnya, lahan terus digenangi sekitar 10 cm.
e.       Sejak 10 hari sebelum panen sampai saat panen, lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen.
e.       Pengendalian hama dan penyakit
a.       Pengendalian hama penyakit mengikuti cara pengendalian terpadu (PHT) yang meliputi pengelolaan varietas, pengelolaan budidaya dan pengelolaan biologis.
b.      Penggunaan bahan kimia (pestisida) hanya diberikan pada kondisi yang tepat, yakni jika populasi hama melampawi batas ambang kendali.
c.       Hama dan penyakit utama yang biasa menyerang padi adalah hama tikus, penggerek batang, wereng coklat dan penyakit hawar daun (kresek).
7.      Rouging (seleksi)
Roguingin adalah membuang tipe simpang, campuran varietas lain, dan membuang tanaman lain. Tanaman yang terinfeksi oleh stemborer atau penyakit tanaman lainnya seperti tungro juga harus dibuang.
Selama produksi dilapangan tanaman diseleksi minimal tiga kali yaitu :
a.       Pada fase vegetative (umur 30 hari) seleksi didasarkan pada warna, bentuk dan tinggi tanaman. tanaman yang menunjukan warna dan bentuk batang, serta tinggi tanamanyang berbeda denngan tanaman aslinya yang dibuang.
b.      Pada fase berbunga (lebih kurang 50-60 hst) seleksi didasarkan pada tinggi tanaman, bentuk dan warna bunga serta keseragaman saat berbunga. Bila memiliki posisi dan warna bunga yang berbeda dengan tanaman aslinya, rumpun tanaman harus dibuang.
c.       Saat menjelang panen atau 80 % malai telah kuning (± 100 hst)yang antara ;ain didasarkan pada umur tanaman, tinggi tanaman, bentuk dan letak daun bendera, bentuk gabah, serta warna gabah. Tanaman yang memiliki bentuk dan posisi daun bendera , serta bentuk dan warna gabah yang berbeda, tanaman tersebut harus dibuang.
8.      Panen
Setelah pemeriksaan tanaman terakhir dan dinyatakan memenuhi syarat (lulus) oleh BPSB, tanaman siap untuk dipanen. Saat yang tepat untuk panen adalah bila sebagian besar (90%) malai telah kuning, gabah telah kuning (kadar air sekitar 17-23%) dan beras, buku-buku gabah sebelah atas berwarna kuning serta batang mulai kering. Dalam pemanen sebaiknya Dua baris tanaman yang paling pinggir dipanen terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih.
Gunakan peralatan panen (thresher) dan pengeringan (lantai jemur, mesin pengering) yang bersih agar tidak menjadi sumber kontaminasi. Bila memakai karung sebaiknya menggunakan karung yang masih baru.
-       Pastikan bahwa areal yang akan dipanen tidak ada sisa malai yang tertinggal di pertanaman yang dibuang saat rouging, terutama rouging terakhir (satu minggu sebelum panen).
-       Panen sebaiknya dilakukan per varietas. Calon benih kemudian dimasukkan ke karung dan diberi label (nama varietas, tanggal panen, dan lokasi produksi) .

Daftar Pustaka

Siti nurjanah, 2011. Teknologi produksi benih padi varietas unggul. Sinartani mimbar penyuluhan.edisi 13-19 april 2011 no. 3401 tahun XLI.

Anonim. 2009.  Penangkar Benih Padi Bermutu. Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia 2009

Iskandar Ishaq. 2002. Petunjuk teknis penangkaran benih padi.  Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2009

1 komentar:

  1. Salam Kenal dan Sukses

    Jadilah Orang Kaya yang Hartanya Barokah dan Ilmunya Bermanfaat Dunia-Akhirat .
    Simak Rahasianya :
    # Jadi PETERNAK : * Tanpa Angon * Tanpa Ngarit *Kotoran Tidak Bau
    # Jadi PETANI : * Tanpa Beli Pupuk * Tanpa Matun

    PELATIHAN GRATIS!!! (PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT)
    dengan Metode Pendampingan sesama MITRA ditunjang dengan Pelatihan-pelatihan Berkala
    Dengan Mengikuti Pelatihan Berkelanjutan ,

    MATERI PELATIHAN diantaranya


    Cara bertani organic
    Cara membuat BHOKASI atau pupuk kompos
    Cara membuat kosentrat kambing,sapi,ayam dan bebek
    Cara membuat pelet atau makanan ikan
    Cara berternak sukses tanpa ngarit tanpa angon,limbahnya rama lingkungan


    SEJAHTERA PETANI SEJAHTERA NEGERI .

    TERNAK SEHAT, TANPA BAU KOTORAN, CEPAT PANEN


    info selengkapnya hubungi kami
    INFORMASI : 08574292 7777
    http://stockisthcs.blogspot.com/

    BalasHapus