Selasa, 18 Oktober 2011

Ubinan


Pendahuluan
            Ubinan merupakan cara pendugaan hasil panen yang dilakukan dengan menimbang hasil tanaman contoh pada plot panen. Tanaman contoh diambil pada pertengahan plot, tidak pada dua baris paling pinggir dekat pematang. Ukuran ubinan ± 5 m2 di tengah petakan.
 Jumlah rumpun tanam dalam ubinan tergantung pada jarak tanam yang digunakan, namun demikian jumlah rumpun tanaman dalam ubinan minimal 120 rumpun per petak. Posisi batas ubinan ditentukan pada pertengahan jarak antar tanaman. Gabah dirontok dari malainya dan dibersihkan dari kotoran, kemudian ditimbang dan dikonversi ke luasan satu hektar.

Cara melakukan Ubinan
Cara Menentukan Pangkal Sumbu
1.      Untuk petak yang berbentuk bujur sangkar, ambilah ujung barat daya dari petak lahan tersebut sebagai Pangkal sumbu.
                              Gambar 1. Petak Sawah Bentuk Bujur Sangkar

2.      Bila petak sawah tidak berbentuk bujur sangkar, penentuan sisi barat - timur (BT) dan sisi utara – selatan (US) mengikuti panjang pematang dan sedapat mungkin pangkal sumbu diambil pada sudut barat daya.

Gambar 2. Petak Sawah Tidak Berbentuk Bujur Sangkar

3.      Dalam keadaan yang luar biasa, dimana bentuk lahan yang tidak teratur maka agak sulit untuk memilih pangkal sumbu. Dalam hal ini ambillah sebuah tempat di sebelah barat daya petak sawah. penentuan arah barat – timur dan selatan – utara tetap mengikuti arah pematang.

Gambar 3. Petak Sawah Yang Tidak Beraturan

Cara menentukan titik pangkal ubinan
            Setelah pangkal sumbu dari sisi BT – US telah ditentukan, pekerjaan selanjutnya adalah menentukan titik pangkal ubinan dengan cara:
1.      Ukurlah panjang kedua sisi dari petak sawah tersebut ( panjang sisi B – T dan U – S) dengan menggunakan langkah kaki biasa dan catat hasilnya.
2.      Hitunglah jumlah digit dari panjang kedua sisi petak sawah tersebut misalnya panjang sisi B-T dalam ratusan langkah terdiri dari 3 digit dan panjang sisi U-S dalam puluhan langkah (2digit), maka jumlah digit dari panjang kedua sisi petak sawah tersebut 2+3=5 digit.
3.      Selanjutnya kita ambil angka random yang terditi dari 5 digit yaitu sama dengan dari jumlah digit dari panjang kedua sisi petak sawah, 3 digit pertama nenunjukan koordinat titik B-T, sedangkan 2 digit terakhir menunjukan koordinat titik U-S. Jika dari angka random 3 digit pertama dan 2 digit terakhir masih lebih tinggi dari panjang kedia sisi berarti belum memenuhi sarat dan harus dilanjutkan ke baris berikutnya (kebawah), dan bila masih belum menemukan maka teruskan pada 5 kolom berikutnya sampai memenuhi syarat yang diperlukan
Contoh:
Panjang sisi B-T adalah 120 langkah dan panjang sisi U-S adalah 48 langkah maka angka random yang harus dicari berada dibawah 12048. Misalkan pelaksanaan ubinan dilakukan pada hari senin , tanggal 15 Desember, maka tabel angka random yang dipilih adalah halaman satu (hari senin), baris ke 15 dan kolom ke 12 (bulan Desember), sehingga angka pertama dalam daftar adalah 33950 yang tidak memenuhi syarat. Angka berikutnya adalah 03370, ternyata telah memenuhi syarat yang berarti titik pangkal ubinan (P) akan berada pada 33 langkah dari titik O (barat daya) searah sisi B-T  dan 70 langkah sisi U-S.
4.      Jika titik pangkal ubinan (P) berada diluar petak sawah atau berada diluar pematang sehingga tidak mungkin untuk dilakukan, maka gantilah nomor randomnya sehingga didapatkan seluruh plot ubinan berada dalam petak tersebut

Gambar 4. Titik Pangkal Ubinan
5.      Bila petak sawah/bidang lahan bukan sawah bentuknya tak menentu maka kita  harus mengelilingi petak sawah/bidang lahan bukan sawah tersebut untuk menentukan titik pusat ubinan. Ketentuan ini berlaku juga bila batas-batas dari bidang lahan bukan sawah tidak jelas, dimana sering terjadi bahwa antara lahan kebun/tegal yang dikuasai oleh petani dengan petani lainnya tidak jelas. Bila terjadi hal demikian maka kita harus menanyakan pada betani yang bersangkutan maka dalam hal ini petani pasti mengetahui.
6.      Bila petak sawah mempunyai luasan yang kecil sehingga tidak memungkinkan dilakukan ubinan (2,5 m X 2,5 m), maka harus dilakukan ubinan seluruh petak yaitu dengan mengukur berat seluruh hasil panen pada petak tersebut dan memperkirakan luasnya.

Penentuan luas ubinan
Setelah titik pangkal ubinan ditentukan maka pekerjaan kita selanjutnya adalah mengukur luas petak ubinan yaitu seluas 2.5 m X 2,5 m yang dimulai dari pangkal ubinan searah jarum jam. Bila luas ubinan telah ditentukan maka selanjutnya kita memanen petak ubinan tersebut yang selanjutnya direntokan dan dibersihkan dari kotor.

Penimbangan hasil ubinan
            Sebelum dilakukan penimbangan hendaknya kita membersihkan hasil ubinan tersebut dari kotoran/benda asing sesuai dengan kebiasaan petani setempat. Kantong yang akan digunakan untuk penimbangan sebaiknya kantong tersebut ditimbang terlebih dahulu berapa berat kantong tersebut. Berat hasil ubinan yaitu berat keseluruhan dikurangi berat kantong.

Konversi hasil ubinan ke luasan 1ha.
            Hasil ubinan yang telah ditimbang bersih yaitu dikurangi dengan berat kantong yang digunakan untuk penimbangan hendaknya dikonversi ke dalam luasan 1 ha yaitu dengan mengalikan dengan bilangan 16 maka akan didapat produktifitas seluas 1ha dalam satuan kwintal/ha.
Untuk tabel random dapat di download dialamat:  http://www.deptan.go.id/pusdatin/statistik/metodologi/tar.pdf

Sumber :
Anonim. Pedoman Pengumpulan Data Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Iskandar Ishaq, Kasdi Subagyono, Agus Nurawan. Petunjuk teknis pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) padi sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Balai Besar Pengkajiandan Pengembangan Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2009

Kamis, 13 Oktober 2011

TEKNOLOGI PENANGKARAN BENIH PADI


Pendahuluan
Kegiatan agribisnis meliputi tiga sub sistem, yaitu subsistem pra produksi, produksi, dan pemasaran. Dalam subsistem pra produksi, ketersediaan benih/ bibit merupakan prioritas yang perlu diperhatikan, karena keberhasilan agribisnis akan bergantung pada penyediaan sarana produksi, di antaranya benih bermutu.
Benih bermutu adalah benih yang baik dan bermutu tinggi yang menjamin pertanaman bagus dan hasil panen tinggi. Saat ini, benih bermutu dicerminkan oleh keseragaman biji, daya tumbuh, dan tingkat kemurnian yang tinggi.
Untuk menghasilkan benih padi bermutu (bersertifikat) minimum memperhatikan dua prinsip penting, yaitu prinsip genetis dan agronomis. Prinsip genetis adalah pengendalian mutu benih internal yang dilaksanakan produsen benih agar tidak terjadi kemunduran genetiknya. Sebaliknya prinsip agronomis adalah tindakan budidaya secara benar agar dapat menghasilkan benih bermutu tinggi, baik kualitas maupun kuantitas (mutu fisik dan mutu fisiologis benih)

Teknologi produksi benih
1.      Pemilihan lokasi
Padi merupakan tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri dan kemungkinan untuk terjadinya penyerbukan silang sangat kecil (< 0,4 %). Namun demikian, isolasi benih perlu dilakukan dari pertanaman padi lain yaitu minimal 3 meter, atau berbunga tidak bersamaan dengan selisih waktu sekitar 30 hari dari padi konsumsi. Disamping itu lokasi perbenihan harus memiliki kriteria sebagai berikut :
a.       Lahan hendaknya bekas jenis tanaman lain atau diberakan.
b.      Pada lahan bekas tanaman padi, varietas yang ditanam adalah sama dengan varietas yang ditanam sebelumnya.
c.       Ketinggian lahan disesuaikan dengan daya adaptasi varietas tanaman
d.      Lahan relatif subur dengan pH 5,4 – 6, dan memiliki lapisan olah sedalam 30 cm agar sawah tidak lekas kering.
e.       Lahan persemaian terhindar dari cahaya lampu pada saat malam hari.
2.      Pemilihan varietas dan asal benih
Varietas yang diperbanyak disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, kesesuaian lahan, umur tanaman, dan ketahanan terhadap hama penyakit. Benih sumber yang digunakan berasal dari kelas yang sebih tinggi. Untuk menghasilkan benih dasar (FS) digunakan benih penjenis (BS), untuk menghasilkan benih pokok (SS) digunakan benih dasar, sedangkan untuk menghasilkan benih sebar (ES)digunakan benih pokok.
      Produksi benih dapat dilakukan pada musim hujan maupun pada musim kemarau asal kan air cukup tersedia. Untuk memudahkan prosesing hasil, lebih menguntgungkan bila usaha perbenihan dilakukan pada musim kemarau.
3.      Persemaian
a.       Tempat persemaian dibuat seluas 5% dari luas lahan produksi benih, sebelum diolah lahan persemaian diairi terlebih dahulu dan keesok harinya lahan dicangkul dan dibuat bedengan dengan ketinggian 15-20 cm, jarak antar bedengan selebar 30 cm.
b.      Sebelum disebar benih dengan kadar air 11-12 % dimasukan kedalam karung kemudian direndam dalam kolam atau air yang mengalir selama 24 jam untuk mematahkan dormansi.
c.       Selanjutnya benih diperam ditempat teduh selama 24 jam untuk memacu perkecambahan.
d.      Benih disebar secara merata dilahan persemaian pada keadan macak-macak (berlumpur)
e.       Campurkan pupuk 200 gr urea, + 100 gr sp-36 + 60 gr KCL untuk setiap 10 m2 biberikan 5 hari setelah sebar.
f.       Untuk meindunngi serangan persemaian dari hama penyakit, persemaian disemprot dengan insektisida atau fungisida anjuran.
g.       Lahan persemaian diusahakan agar selalu macak-macak sehingga bibit berumur 14-18 hari.
4.      Penyiapan lahan
Penanaman padi untuk produksi benih dilakukan dilahan sawah. Agar tanaman padi dapat tumbuh optimal lahan diolah sebaik mungkin untuk mendapatkan struktur tanahdengan kedalaman lumpur 15 -30 cm, sebagai berikut:
a.       Pngenangan I selama 3-4 hari di ikuti pembajakan I
b.      Penggenangan II selama 2-3 hari di ikuti pembajakan ke II
c.       Penggenangan III selama 2-3 hari di ikuti penggaruan ke I
d.      Penggenangan  ke IV diikutu pengaruan ke II sambil meratakan permukaan tanah
5.      Pengaturan jarak tanam dan tanam
a.       Sesuai dengan anjuran BPSB jarak tanan bibuat mengikuti jarak tanam jajar legowo 2: 1, 4:1, 5:1dengan tujuan untuk mempermudah seleksi tanam yang tumbuh menyimpang.
b.      Bibit umur < 21 hari dengan kondisi sehat ditanam, 1-3 batang per rumpun.
c.       Untuk perbanyakan benih dasar (FS) dari benioh penjenis (BS) bibit ditanam satu batang perlubang tanam. Sedangkan untuk perbanyakan benih pokok (SS) dari benih dasar (FS) dan beih sebar (ES) dari benih pokopk (SS) di tanam 2-3 batang per lubang.
6.      Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, penyulaman, penyiangan, pengairan, serta pengendalian hama dan penyakit.
a.       Pemupukan
Pemupuka dilakukan sama saeperti produksi untuk konsumsi, jenis jumlah (dosis) dan cara pemberian pupuk mengacu pada rekomendasi pemupukan pada padi sawah daerah setempat.
b.      Penyulaman
-          Tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal diganti dengan tanaman yang sehat.
-          Penyulaman dilakukan pada tanaman ber umur 4-10 hari setelah tanam (hst).
c.       Penyiangan
-          Penyiangan (pengendalian gulma) dilakukan secara manual dengan membuang gulma dan tanamanpengganggu lain sebanyak dua kali yaitu pada umur 15 dan 35 hari setelah tanam (hst)
-          Peyiangan dapat pula dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan herbisida.
d.      Pengairan
Pengairan dilakukan secara berseling (intermiten) dengan cara sebagai berikut:
a.       Sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak
b.      Secara ber angsur-angsur lahan diairi 2-5 cm hingga tanaman ber umur 10 hst.
c.       Lahan tidak diairi selama 5-6 hari atau sampai permukaan tanah retak-retak selama dua hari, kemudian diairi kembali setinggi  5-10 cm.
d.      Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari sesudahnya, lahan terus digenangi sekitar 10 cm.
e.       Sejak 10 hari sebelum panen sampai saat panen, lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen.
e.       Pengendalian hama dan penyakit
a.       Pengendalian hama penyakit mengikuti cara pengendalian terpadu (PHT) yang meliputi pengelolaan varietas, pengelolaan budidaya dan pengelolaan biologis.
b.      Penggunaan bahan kimia (pestisida) hanya diberikan pada kondisi yang tepat, yakni jika populasi hama melampawi batas ambang kendali.
c.       Hama dan penyakit utama yang biasa menyerang padi adalah hama tikus, penggerek batang, wereng coklat dan penyakit hawar daun (kresek).
7.      Rouging (seleksi)
Roguingin adalah membuang tipe simpang, campuran varietas lain, dan membuang tanaman lain. Tanaman yang terinfeksi oleh stemborer atau penyakit tanaman lainnya seperti tungro juga harus dibuang.
Selama produksi dilapangan tanaman diseleksi minimal tiga kali yaitu :
a.       Pada fase vegetative (umur 30 hari) seleksi didasarkan pada warna, bentuk dan tinggi tanaman. tanaman yang menunjukan warna dan bentuk batang, serta tinggi tanamanyang berbeda denngan tanaman aslinya yang dibuang.
b.      Pada fase berbunga (lebih kurang 50-60 hst) seleksi didasarkan pada tinggi tanaman, bentuk dan warna bunga serta keseragaman saat berbunga. Bila memiliki posisi dan warna bunga yang berbeda dengan tanaman aslinya, rumpun tanaman harus dibuang.
c.       Saat menjelang panen atau 80 % malai telah kuning (± 100 hst)yang antara ;ain didasarkan pada umur tanaman, tinggi tanaman, bentuk dan letak daun bendera, bentuk gabah, serta warna gabah. Tanaman yang memiliki bentuk dan posisi daun bendera , serta bentuk dan warna gabah yang berbeda, tanaman tersebut harus dibuang.
8.      Panen
Setelah pemeriksaan tanaman terakhir dan dinyatakan memenuhi syarat (lulus) oleh BPSB, tanaman siap untuk dipanen. Saat yang tepat untuk panen adalah bila sebagian besar (90%) malai telah kuning, gabah telah kuning (kadar air sekitar 17-23%) dan beras, buku-buku gabah sebelah atas berwarna kuning serta batang mulai kering. Dalam pemanen sebaiknya Dua baris tanaman yang paling pinggir dipanen terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih.
Gunakan peralatan panen (thresher) dan pengeringan (lantai jemur, mesin pengering) yang bersih agar tidak menjadi sumber kontaminasi. Bila memakai karung sebaiknya menggunakan karung yang masih baru.
-       Pastikan bahwa areal yang akan dipanen tidak ada sisa malai yang tertinggal di pertanaman yang dibuang saat rouging, terutama rouging terakhir (satu minggu sebelum panen).
-       Panen sebaiknya dilakukan per varietas. Calon benih kemudian dimasukkan ke karung dan diberi label (nama varietas, tanggal panen, dan lokasi produksi) .

Daftar Pustaka

Siti nurjanah, 2011. Teknologi produksi benih padi varietas unggul. Sinartani mimbar penyuluhan.edisi 13-19 april 2011 no. 3401 tahun XLI.

Anonim. 2009.  Penangkar Benih Padi Bermutu. Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia 2009

Iskandar Ishaq. 2002. Petunjuk teknis penangkaran benih padi.  Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2009

Selasa, 11 Oktober 2011

Mineral Zeolit untuk Pembenah Tanah Sawah Intensifikasi

Zeolit adalah salah satu pembenah tanahalami, tetapi belum banyak dikenal dan digunakan petani. Zeolit dapat mengikat hara yang diberikan melalui pupuk sehingga mencegah pencucian hara. Hara yang terikat tersebuat akan dilepas kembali secara lambat dan langsung diserap akar. Hasilnya akan lebih baik jika tanah diberi kompos jerami sebagai sumber hara kalium (K) sehingga pupuk KCl tidak diperlukan lagi.  
Mineral zeolit merupaka polimer silica-alumina yang terbentuk secara alami pada jutaan tahun yang lalu. Zeolit adalah mineral dari senyawa aluminosilikat terhidrasi dengan struktur berongga dan mengandung kation-kation alkali yang dapat dipertukarkan. Zeolit memiliki pori-pori yang terisi ion K, Na, Ca, Mg dan molekul H2O sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan pelepasan air secara bolak-balik. Salah satu parameter yang menentukan mutu zeolit adalah nilai tukar kation (KTK). Mengacu pada SNI  KTK zeolit 13-3494-1994, zeolit dinyatakan lolos uji mutu jika memiliki nilai KTK ≥100cmol (+)/kg.  
Zeolit dapat menjadi pembenah tanah pertanian. Syarat mutu zeolit sebaga pembenah tanah pertanian antara lain adalah kadar air zeolit minimum 50%, kadar air maksimum 10% dan ukuran butir -10 + 48 mesh minimum 90%. Makin tinggi nila KTK zeolit maka kadar zeolitnya lebih dari 50% dan sangat sedikit bahan pengotornya. Bahan pengotor zeolit antara lain adalah feldspar, kaolin, kuarsa, lempung dan tufa. Zeolit alam banyak digunakan sebagai imbuhan pakan ternak, imbuhan pupuk atau pembenah tanah, media pengolah air limbah. Media penyaring air bersih dan penyerap limbah radio aktif.


Zeolit Sebagai Pembenah Tanah
Pembenah tanah dapat digolongkan menjadi dua yaitu pembenah tanah alami dan sintesis. Zeolit adalah pembenah tanah alami yang belum banyak dikenal dan digunakan petani. Hal ini karena sampai saat ini belum ada informasi rinci tentang jenis, dosis, manfaat dan kendala pemanfaatan zeolit. Pemberian zeolit dalam dosis tinggi (> 1 ton/ha) dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga hasil tanaman pun lebih baik. 
Pemanfaatan zeolit sebagai pembenah tanah belum banyak diketahui petani karena kurangnya sosialisasi. Di beberapa daerah, telah ada petani yag menggunakan zeolit. Namun, karena zeolit yang digunakan berkualitas rendah (nilai KTK 40 me/100g), petani tidak lagi memanfaatkannya. Disamping itu sering diinformasikan bahwa zeolit adalah pengganti pupuk sehingga aplikasi zeolit biasanya tanpa disertai pupuk yang pada akhirnya hasil tanaman tetap rendah.
Pemberian zeolit yang diikuti pupuk anorganik dan pupuk organic dapat meningkatkan efisiensi serapan hara pupuk. Pemberian zeolit dan pupuk organik secara bersama-sama sebagai pembenah tanah dapat memperbaiki struktur dan stabilitas agregat tanah, meningkatkan KTK sehingga dapat mencegah pencucian unsur hara dalam tanah sehingga hara dapat diserap akar tanaman. Pemberian zeolit dan pupuk organik secara proporsional dan berkelanjutan meningkatkan KTK tanah dan mempertahankan C-organik tanah > 2%.


Pengaruh Zeolit terhadap hasi Tanaman 
Zeolit pempunyai pori-pori yang permukaannya bermuatan negatif sehingga dapat mencegah pencucian unsur hara NH4+ -urea dan kation K+ -KCl dari daerah perakaran. Zeolit dapat menahan sementara unsur hara di daerah perakaran sehingga pupuk urea dan KCl yang diberikan lebih efisien. Jika takaran pupuk yang diberikan sesuai anjuran maka residu pupuk akan habis lebih lama dengan peningkatan hasil yang lebih tinggi.
Aplikasi zeolit berbeda dengan bahan pembenah tanah lainnya, seperti kapur pertanian dan gypsum karena zeolit tidak mengalami degradasi sehingga jumlahnya relative tetap dalam tanah. Aplikasi zeolit berikutnya akan lebih memperbaiki  kemampuan tanah untuk menahan unsur hara dan memperbaiki hasil. Zeolit tidak asam dan penggunannya dengan pupuk dapat menyangga pH tanah sehingga mengurangi takaran kapur. Hasil penelitian menunjukan pemberian zeolit dapat meninggkatkan hasil padi. Konsentrasi N dan K yang diserap tanaman padi tertinggi pada umur 6 minggu setelah tanamdicapai pada perlakuan zeolit 125kg/ha (Tabel. 1). Serapan N cenderung menurun seiring makin tinggi takaran zeolit. Hal ini menunjukansemakin banyak N yang masuk pori-pori zeolit dan akan dilepas kembali secara perlahan untuk diserap tanaman.

Tabel 1. Pengaruh ZKK terhadap N diserap tanaman padi varietas Ciherang umur 6 minggu STT menggunakan tanah Grumusol, Jawa Timur dari percobaan pot di rumah kaca.
Perlakuan
Konsentrasi N (%)
N diserap tanaman (mg/pot)
Kontrol lengkap
NPK-petani
NPK-uji tanah
125 kg zeolit + NPK-uji tanah
250 kg zeolit + NPK-uji tanah
500 kg zeolit + NPK-uji tanah
1,40
1,41
2,05
2,76
2,62
2,69
65
226
461
623
558
544

NPK yang diserap tanaman pada perlakuan NPK-petani dan NPK-uji tanah, lebih rendah disbanding kombinasi perlakuan NPK-uji tanah dan zeolit pada takaran 125, 250 dan 500 kg/ha. Semakin tinggi mutu zeolit (kadar zeolit minimal 50%) dan semakin tinggi KTK zeolit, semakin banyak N yang diserap. Pemberian zeolit berpengaruh terhadap bobot gabah kering giling (GKG) dengan hasil tertinggi (6,52t/ha) diperoleh pada pemberian zeolit 2 t/ha (Tabel. 2). Semakin tinggi takaran zeolit, semakin banyak NH4+ dari urea yang disimpan dala pori zeolit. Residu zeolit dalam tanah yang masih mengandung NH4+ akan dilepaskan pada musim tanam berikutnya. Residu zeolit dalam tanah dapat bertahan dalam waktu cukup lama karena zeolit tidak mengalami degradasi sehingga jumlahnya tetap dalam tanah.



Tabel 2. Pengaruh ZKK terhadap bobot gabah padi varietas Ciherang pada tanah Grumusol di Ngawi (Jawa Timur)
Perlakuan
Hasil gabah kering giling (GKG) t/ha
NPK-petani1)
NPK-uji tanah2)
250 kg zeolit + NPK-uji tanah2)
500 kg zeolit + NPK-uji tanah2)
1000 kg zeolit + NPK-uji tanah2)
2000 kg zeolit + NPK-uji tanah2)
5,07
5,54
5,90
5,97
6,14
6,52
1) NPK-petani = urea 600kg/ha +ZA 100kg + SP-18 100 kg, 2)  NPK-uji tanah = 3125,5 NPK Kujang (30% N : 6% P2O5 : 8% K2O)/ha + urea 100 kg/ha + SP-18 200kg/ha.

Zeolit dapat diberikan langsung kedalam tanah sebagai pembenah tanah atau diformulasikan dengan beberapa unsur hara sebagai pupuk lepas lambat. hasil percobaan formulasi (F) pupuk N lepas lambat menunjukan pengaruhnya terhadap hasil gabah kering panen (GKP) dalam urutan F1 > F4 > F3 > F2 (Gambar1.) Hasil GKP pada F1 dengan takaran 200 kg urea/ha adalah tertinggi (di atas 7,0t/ha), pada F4 di atas 6,0 t/ha, sedangkan pada F2 dan F3 sebesar 6,0 t/ha. formula F1 adalah campuran zeolit + urea + SP-36 + KCL + ZA + ZnSO4 + CuSO4 + borax + kompos jerami. formulasi F2 adalah urea yang dilapisi arang aktif dan F3 urea yang dilapisi arang biasa. Formulasi F4  adalah urea dicampur zeolit + asam humat.(M. Al-Jabri, D. Setyorini, dan Wiwik Hartatik dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 33 Nomor 2 Tahun 2011 )




Gambar 1.Pengarug formulasi pupuk terhadap hasil padi varietas Mekongga.


Informasi lebih lanjut hubungi :

Balai Penelitian Tanah

Jalan Ir. H. Juamda No. 98
Bogor 16123
Telp : (0251) 8336757
Fax : (0251) 8321608
E-mail : balittanah@litbag.deptan.go.id