Senin, 27 Oktober 2014

BUDIDAYA SAYURAN SECARA VERTIKULTUR

Bagi masyarakat perkotaan, bercocok tanam bukan hal mustahil untuk dilakukan saat ini. Dengan teknik bercocok tanam pola ke atas atau lebih dikenal vertikultur. Sitem bertanam vertikal ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah dengan lahan terbatas. Misalnya lahan 1 meter persegi mungkin hanya bisa ditanami 5 tanaman, dengan system vertical bias untuk 20 tanaman.

Selain untuk menghijaukan pekarangan rumah, sistem vertikultur ini juga bias dijadikan sumber pangan yang menyehatkan apabila yang ditamam berbagai jenis sayuran tanpa menggunakan bahan kimia atau lebih populer budidaya secara organik.

Bagi yang tertarik untuk menanam sayuran secara vertikultur berikut tahapannya:

Pembuatan Wadah Tanam Vertikultur

Contoh salah satu wadah tanam dibuat talang air/paralon dengan panjang masing-masing 1 meter atau sesuai selera. Kemudian talang tersebut disusun bertingkat dengan menggunakan rak kayu atau bambu  (Seperti pada gambar 1.) jangan lupa tiap talang/paralon diberi lubang pada bagian bawahnya agar air siraman tidak tergenang. Pembuatan wadah tanaman vertikultur ini sebenarnya bias dibuat sesuai selera dan disesuaikan dengan lokasi.

Gambar 1. Model Vertikultur Talang

Gambar 2. Model Rak Bambu

Gambar 3. Model Pot Besi

Gambar 4. Model Paralon

Gambar 4. Model Bambu

Pengadaan Media Tanam

Media  tanam  adalah  tempat  tumbuhnya  tanaman  untuk  menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman  menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang  digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos,  dan  sekam  dengan  perbandingan  1:1:1.  Setelah  semua  bahan  terkumpul, dilakukan  pencampuran  hingga  merata.  Tanah  dengan  sifat  koloidnya  memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.

Campuran  media  tanam  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  talang  hingga penuh. Untuk memperlancar sirkulasi akar maka sebaiknya bagian dasar talang diberi alas berupa pecahan genting/bata/sterofoam. Media tanam di dalam  bambu  diusahakan  agar  tidak  terlalu  padat  supaya  air  mudah  mengalir,  juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

 Gambar 6. Pencampuran Media Tanam

Persiapan Bibit Tanaman dan Penanaman

Sebelum berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah bibit tanaman, Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya  ada  tiga  tahap  dalam  proses  ini,  yaitu  persemaian,  pemindahan,  dan penanaman. Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki  lubang  di  bagian  bawah  untuk  mengeluarkan  kelebihan  air.  Persemaian menggunakan  wadah  khusus  persemaian  benih  yang  disebut  tray  dengan  jumlah lubang  128  buah  (tray  lain  jumlah  dan  ukuran  lubangnya  bervariasi).  Dapat  juga persemain  menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas tempat kue. Adapun  untuk  media  tanamnya  adalah  media  tanam  dari  produk  jadi  yang  bersifat organik.

Gambar 5. Pemindahan Bibit Dari Bak Persemaian Ke Tray Persemaian

Gambar 6. Bibit Di Tray Persemaian 

Jika menggunakan  tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena  setiap  lubang  diisi  sebuah  benih  (walaupun  bisa  juga  diisi  2  atau  3).  Jika menggunakan  wadah  lain  maka  jumlah  benih  yang  dapat  disemaikan  disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak  berdempetan.  Dua-tiga  minggu  setelah  persemaian  benih  sudah  berkecambah dan mengeluarkan  3-4 daun. Idealnya, benih yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan.

Bibit  tanaman  yang  dipindahkan  ke  wadah  vertikultur  sudah  berumur  lebih dari satu bulan, daunnya pun sudah bertambah. Sebelum  bibit-bibit  ditanam  di  wadah  talang,  terlebih  dahulu  menyiramkan  air  ke alamnya  hingga  jenuh,  ditandai  dengan  menetesnya air  keluar  dari  lubang-lubang tanam. Setelah cukup,  baru  mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan tomat)dikelompokkan di wadah bambu terpisah.

Gambar 4. Tanaman Selada Siap Tanam

Pemeliharaan Tanaman

Tanaman  juga  memerlukan  perawatan,  seperti  halnya  makhluk  hidup  yang lain. Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.

Gambar 4. Penyiraman Dilakukan Setiap Hari

Sebaiknya  pupuk  yang  digunakan  adalah  pupuk  organik  misalnya  pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk bokashi. Disarankan agar  sayuran  buah  seperti cabe, tomat  tidak mudah rontok sebaiknya  menambahkan NPK satu sendok teh atau sendok makan tergantung  besar kecilnya  pohon.  Pemberian  NPK setiap  2 minggu sekali  sekali.  Di  perkotaan,  pupuk  kandang  atau  kompos  harganya  menjadi  mahal. Limbah  dapur  atau  daun-daun  kering  bisa  dimanfaatkan  untuk  pembuatan  pupuk bokashi.  Pupuk  bokashi  adalah  hasil  fermentasi  bahan  organik  (jerami,  sampah organik,  pupuk  kandang,  dan  lain-lain)  dengan  teknologi  EM  yang  dapat  digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi  tanaman.  Bokashi  dapat  dibuat  dalam  beberapa  hari  dan  bisa  langsung digunakan sebagai pupuk. Bila repot menggunakan membuat pupuk organik maka dapat menggunakan pupuk organik cair yang banyak dijual di toko.

Saat  ini  masyarakat  mulai  banyak  mempertimbangkan  mengkonsumsi  hasil panen  yang  Iebih  sehat  cara  penanamannya,  yaitu  menggunakan  pupuk  dan pengendalian hama alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal. Saran untuk  berkebun di rumah sebaiknya  tidak  menggunakan bahan kimia. Ditekankan  pula  jangan  menggunakan  furadan  untuk  membunuh  hama  yang  ada  di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari  tanaman  kurang lebih  selama  sebulan.  Jadi,  sebaiknya  untuk  tanaman sayuran tidak perlu digunakan furadan.


Pemanenan

Pemanenan  sayuran  biasanya  dilakukan  dengan  sistem  cabut  akar  (sawi,  bayam, seledri,  kemangi,  selada,  kangkung  dan  sebagainya).  Apabila  kita  punya  tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil  daunnya  saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.
Gambar 4. Tanaman Siap Dipanen

Gambar 4. Pemanenan Dapat Menggunakan Gunting Atau Pisau

Gambar 4. Pemanenan Juga Bisa Dilakukan Dengan Mencabutnya Langsung

Gambar 4. Tanaman Bayam Dan Pakchoy Siap Panen

(Emar Maryamah, S.ST/Penyuluh Pertanian Muda)
Informasi Lebih Lanjut Hubungi BP3K Kec. Cicurug





Minggu, 26 Oktober 2014

BUDIDAYA CABAI KERITING (TM-999) DENGAN MENGGUNAKAN PUPUK CAIR URINE KELINCI

PENDAHULUAN
Cabai keriting (Capsicum sp.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, karena buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang ekspor, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C. Dalam upaya pemenuhan akan produksi cabai keriting yang lebih kompetitif, diperlukan upaya peningkatan produksi yang mengacu pada peningkatan efisiensi baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui penerapan teknologi mulai dari penentuan lokasi, penanganan benih, penanaman, pemeliharaan hingga penanganan panen yang tepat.

SYARAT TUMBUH
1. Tanah
  1. Tanah berstruktur remah/ gembur dan kaya akan bahan organik.
  2. Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 - 7,0
  3. Tanah tidak becek/ ada genangan air
  4. Lahan pertanaman terbuka atau tidak ada naungan.

2. Iklim
  1. Curah hujan 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi merata.
  2. Suhu udara 16° - 32 ° C
  3. Saat pembungaan sampai dengan saat pemasakan buah, keadaan sinar matahari cukup (10 - 12 jam).

TEKNIK BUDIDAYA
1. Persemaian
  1. Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman adalah 150 - 300 gram dengan daya tumbuh lebih dari   90 %.
  2. Siapkan media semai dari tanah yang telah diayak halus dan dibuat bedengan setinggi ± 30 cm, lebar ± 1 m dan panjang 3-5 m serta diberi naungan dari jerami atau alang-alang/ plastik.
  3. Sebar benih secara merata atau ditebar dalam garikan dengan jarak antar garitan 5 cm dan ditutup tanah tipis-tipis lalu disiram. Pertahankan kelembaban tanah tetap baik agar biji cepat tumbuh.


Gambar 1. Persemaian Benih Cabai

  1. Setelah bibit berumur 15 hari, maka dilakukan pengkokeran untuk memudahkan penanaman dan mencegah kematian pada waktu tanaman dipindahkan. Sebagai koker dapat digunakan tanah itu sendiri yang dibuat seperti bola tanah (dapat dilihat seperti pada gambar 1 dan 2). Bola tanah yang telah ditanami bibit cabai ditempatkan dibawah naungan persemaian.
  2. Sekitar lima hari sebelum bibit dipindahkan naungan pada persemaian dibuka atau dikurangi supaya bibit terbiasa kena sinar matahari.



 Gambar 2. Bibit Cabai Siap Tanam

2. Pengolahan Tanah
  1. Satu minggu sebelum tanam lahan sudah siap, meliputi mencangkul / bajak dan pembuatan bedengan.
  2. Ukuran bedengan tinggi ± 30 cm, lebar 1-1,5 m dan panjang sesuai kebutuhan petakan dengan jarak antar bedengan + 30 cm.



Gambar 3. Bentuk Bedengan
  1.  Berikan pupuk kandang dengan dosis 20-30 ton/ ha.
  2. Bila dipergunakan mulsa dari plastik dapat dipasang setelah dilakukan pemupukan pupuk kandang.

3. Penanaman
  1. Bibit dapat dipindahkan pada umur 20 hari setelah semai dengan daun 5 – 7 helai.
  2. Pilih bibit yang tinggi den besarnya seragam. Tanam bibit dengan posisi tegak dan tekan sedikit tanah disekeliling batang tanaman.
  3. Siram tanaman secukupnya setelah tanam dan penyiraman berikutnya dilakukan 2 hari sekali bila tidak ada hujan.
  4. Penanaman dilakukan pada sore hari agar tanaman tidak layu kepanasan.


 Gambar 4. Penanaman Bibit Cabai

4. Pemupukan
  1. Diberikan dengan dosis dan aplikasi sebagai berikut :  
  2. Pupuk kandang 20 ton / ha, aplikasi seminggu sebelum tanam.
  3. Urine kelinci 1 ltr urine/ 50 ltr air, setiap satu minggu setelah tanam dengan dosis 150 ml setiap aplikasi. Dosis urine kelinci dapat ditingkatkan pada saat tanaman memiliki 2 cabang menjadi 300 ml/tanaman.
  4. NPK Mutiara 1 kg/ 200 ltr air, setiap satu minggu setelah tanam dengan dosis 150 ml setiap aplikasi. Dosis NPK dapat ditingkatkan pada saat tanaman memiliki 2 cabang menjadi 300 ml/ tanaman dengan campuran NPK 2 kg/ 200 ltr air.
  5. KCl : 1 kg/ 200 ltr ai,r setiap satu minggu setelah tanam dengan dosis 150 ml setiap aplikasi. Dosis KCl dapat ditingkatkan pada saat tanaman memiliki 2 cabang menjadi 300 ml/ tanaman dengan campuran KCl 2 kg/ 200 ltr air.
  6.  Untuk lebih meningkatkan hasil dapat diberikan terasi ikan dengan dosis 2 kg / 200 ltr air, setiap satu bulan setelah tanam dengan dosis 250 ml setiap aplikasi.

5. Pemeliharaan
  1.  Lakukan penyulaman bila ada tanaman yang mati pada  sore hari.
  2.  Pemasangan ajir dapat dilakukan pada saat penanaman atau setelah tanaman setinggi 30 s/d 50 cm dan langsung diikat, panjang ajir + 1,5 m.
  3. Siangi pertanaman sebelum dilakukan pemupukan bila terdapat gulma.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit
  1. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabe adalah hama kutu, daun persik, ulat, grayak, hama trips, penyakit busuk buah, bercak daun dan busuk batang.
  2. Pengendalian hama dan penayakit dilakukan dengan cara prepentif yaitu pencegahan sebelum terjadi serangan dengan menggunakan Curacron, Agrimex dan Byon M dengan dosis masing-masing 20 ml/17 ltr ( 1 tank). Dalam aplikasi penyemprotan sebaikanya pestisida tidak dicampur.

7. Panen
Gambar 5. Pemanenan Cabai
  1. Panenlah cabe, bila cabe warna buahnya lebih dari 60 % (Warna buah masih belang hitam
  2. Pemanenan dapat dilakukan setiap 3-5 hari sekali secara terus menerus sampai tanaman tidak menghasilkan.
  3. Sewaktu panen sertakan tangkai buahnya, lakukan secara selektif dan hati – hati agar bunga, buah agar batang tidak rontok/ rusak.(Emar Maryamah, S.ST/Penyuluh Pertanian Muda)