Rabu, 24 Desember 2014

PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN KOTORAN SAPI



PENDAHULUAN

Kompos  merupakan  pupuk  organik  yang  berasal   dari  sisa  tanaman dan  kotoran  hewan  yang  telah  mengal ami  proses  dekomposisi  atau pelapukan.  Selama  ini  sisa  tanaman  dan  kotoran  hewan  tersebut belum  sepenuhnya  dimanfaatkan  sebagai  pengganti  pupuk  buatan. Kompos  yang  baik  adal ah  yang  sudah  cukup  mengalami  pelapukan dan  dicirikan  oleh  warna  yang  sudah  berbeda  dengan  warna  bahan pembentuknya,  tidak  berbau,  kadar  air  rendah  dan  sesuai  suhu  ruang. Proses  pembuatan  dan  pemanfaatan  kompos  dirasa  masih  perlu ditingkatkan  agar  dapat  di manfaatkan  secara  lebih  efektif,  menambah pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.

Proses  pengomposan  adal ah  proses  menurunkan  C/N bahan organik  hingga  sama  dengan  C/N  tanah  ( 20).  Selama  proses pengomposan,  terjadi  perubahan-perubahan  unsur  kimia  yaitu  :  1) karbohidrat,  selulosa,  hemi selulosa,  lemak  dan  lilin  menjadi  CO2 danH2O,  2)  penguraian  senyawa  organi k  menjadi  senyawa  yang  dapat diserap tanaman.

Kompos  merupakan  sal ah  satu  komponen  untuk  meni ngkatkan kesuburan  tanah  dengan  memperbaiki  kerusakan  fisik  tanah  akibat pemakaian  pupuk  anorganik  (kimia)  pada  tanah  secara  berlebihan yang berakibat rusaknya struktur tanah dal am j angka waktu lama.

MANFAAT KOMPOS ORGANIK

Manfaat  kompos  organik  diantaranya  adal ah  1)  memperbaiki struktur  tanah  berlempung  sehingga  menjadi  ringan;  2)  memperbesar daya  ikat tanah  berpasir  sehingga  tanah  tidak  berderai;  3)  menamah  daya  ikat  tanah  terhadap  air  dan  unsur-unsur  hara  tanah; 4) memperbaiki   drainase  dan  tata  udara  dalam  tanah;  5)  mengandung unsur  hara  yang  lengkap,  walaupun  jumlahnya  sedikit  ( jumlah ini tergantung  dari  bahan  pembuat  pupuk  organik); 6)  membantu  proses pelapukan  bahan  mineral;  7)  memberi  ketersediaan  bahan  makanan bagi  mikrobia;  serta  8)  menurunkan  aktivitas  mikroorganisme  yang merugikan ( Yovita, 2001).

Pengolahan  kotoran  sapi  yang  mempunyai  kandungan  N, P dan K yang  tinggi  sebagai  pupuk  kompos  dapat  mensuplai   unsur  hara  yang di butuhkan  tanah  dan  memperbaiki  struktur  tanah  menjadi  lebih  baik (Iwan,  2002).  Pada  tanah  yang  baik/sehat,  kelarutan  unsur-unsur anorganik  akan  meningkat,  serta  ketersediaan  asam  amino,  zat  gula, vitamin  dan  zat-zat  bioaktif  hasil   dari  akti vitas  mikroorganisme  efektif dalam  tanah  akan  bertambah,  sehingga  pertumbuhan  tanaman menjadi  semakin optimal (Rully, 1999).

PRODUKSI  DAN  KANDUNGAN KOMPOS ORGANIK

Seekor sapi mampu  menghasilkan kotoran padat 23,6 kg/hari dan cair 9,1 kg/hari (Tauscher .sitasi Iwan, 2002). Undang (2002)  melaporkan  bahwa  seekor  sapi  muda  kebiri  akan  memproduksi 15-30  kg  kg  kotoran  per hari.  Kotoran  yang  baru  di hasilkan  sapi  tidak dapat  langsung  diberikan  sebagai  pupuk  tanaman,  tetapi  harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu.

Beberapa alasan  mengapa  bahan organik seperti kotoran sapi  perlu dikomposkan  sebelum  dimanfaatkan  sebagai  pupuk  tanaman  antara lain  adalah  :  1)  bila  tanah  mengandung  cukup  udara  dan  air, penguraian  bahan  organik  berlangsung  cepat  sehingga  dapat mengganggu  pertumbuhan  tanaman,  2)  penguraian bahan segar hanya  sedikit sekali  memasok  humus  dan  unsur  hara  ke  dal am  tanah, 3)  struktur  bahan  organik  segar  sangat  kasar  dan  dayanya terhadap  air  kecil ,  sehingga  bila  langsung  di benamkan  akan mengakibatkan  tanah  menjadi   sangat  remah,  4)  kotoran  sapi   tidak selalu  tersedia  pada  saat  diperlukan,  sehingga  pembuatan  kompos merupakan  cara  penyimpanan  bahan  organik  sebelum  di gunakan sebagai pupuk.

Kandungan  nitrogen  (N),  phospor  (P)  dan  kalium  (K)  dalam  kotoran sapi  potong  tertera  pada  Tabel   1.  Hasil   analisis  laboratorium  Loka Penelitian  Sapi  Potong  dan  BPTP  (Balai  Pengkajian  Teknologi Pertanian)  Jawa  Timur  terhadap  kompos  organik  (hi-grade)  produksi Loka Penel itian Sapi Potong, datanya  tertera pada Tabel 2.


PEMBUATAN   KOMPOS   ORGANIK (HI-GRADE)

Dinamakan  kompos  organik   hi-grade   karena  mengandung  unsur kimia  yang  komplit  berasal   dari  campuran  kotoran  sapi  dan  urine  yang diaduk  secara  merata  oleh  ternak  sendiri  dengan  cara  diinjak-injak sehingga telah mengalami proses  dekomposer dengan baik.

Bahan dan Peralatan
a.    Kotoran  sapi  yang  bercampur dengan  urine  (berasal dari kandang kelompok Gambar 1)


b.    Sekam atau ”gergajen” (limbah gergajian kayu)
c.    Kapur bubuk
d.   Skop dan saringan
e.    Karung plastik
f.     Timbangan

Cara pembuatan kompos
Pembuatan  kompos  diawali  dengan  pengumpulan  kotoran  sapi dengan  cara  pemanenan  dari  kandang  sistem  kelompok,  dilanjutkan dengan  proses  pengolahan  menjadi  kompos  curah,  blok,  granula  dan bokhasi.

a. Pemanenan kompos
  • Dilakukan  setelah  ketebalan  kotoran  sapi   dan  urine  didalam kandang kelompok mencapai 25 - 30 cm (1,5 – 2 bulan) (Gambar 2).
  • Pemanenan  dilaksanakan  sesuai  dengan  tujuan  jenis  kompos organik,  yaitu  kompos curah,  kompos  blok,  kompos granul dan bokhasi.
b.   Proses pembuatan kompos curah
Kotoran  yang  di panen  dari  kandang  diangin-anginkan  ditempat teduh  selama    2  bulan  di  musim  hujan  atau  1  bulan  dimusim kemarau, kotoran dihancurkan  dan  diayak  dengan  ukuran  lubang 0,5 x 0,5 cm, kemudian dikemas dalam karung (Gambar 3).

c.    Proses pembuatan kompos blok
Kotoran  yang  baru  di panen  (kondisi  masih  basah),  dicetak menggunakan alat  pres manual  sederhana atau  dengan  men  gunakan mesin  pres  batako.  Cetakan  kompos  blok  berukuran  p  =  20  x  l   =  12 atau 6 x t = 5 cm.


d.   Proses pembuatan kompos granula
Bahan
1. Kompos curah
2. Tepung tapioka  3–5 % dari berat kering kompos
3. Air 8–10 % dari berat kering kompos
4. Zat pewar na ( merah, kuning, orange, hijau)

Cara Kerja
b.    Tepung  tapioka  yang  telah  dicampur  dengan  pewarna,  ditaburkan pada mesin granul.
c.    Kompos  curah  yang  di haluskan  ditempatkan  diatas  lapisan  tepung tapioka.
d.   Air disemprotkan melalui saluran yang ada pada mesin granul.
e.    Mesin  dihidupkan  dengan  gerakan  memutar  sehingga  akan terbentuk bulatan – bulatan granul.
f.     Dikemas dalam plastik.


e.    Proses pembuatan bokhasi
Bahan
1.    Kotoran sapi setel ah di tiriskan
2.    Sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
3.    Abu sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
4.    Dedak padi (5% dari bobot kotoran sapi)
5.    Larutan EM-4 + Tetes + Air ( 2  : 2 : 1000) atau 1  l i ter air + 2 cc EM-4 + 2cc tetes atau 1 l iter air + 2 cc EM-4 + 6 sendok makan gula pasir.
Cara membuat
1.        Campur  kotoran  sapi   +  sekam  +  abu sekam  +  dedak  padisesuai takaran, kemudian diaduk hi ngga merata.
2.        Tuang campuran  l arutan EM-4 + tetes + air ke dal am campuran No.  1.  dan  diaduk  hingga  merata  sampai  membentuk  adonan dengan kadar air + 40%.
3.        Ditutup  dengan  karung  goni   atau  tikar.  Dal am  kondisi  aerob fermentasi  akan  berlangsung  cepat  sehingga  suhu  bokkhasi meningkat  35-40oC.  Bila  suhu  mencapai  50%,  maka  bokhasi dibolak-balik  agar  udara  masuk  dan  suhu  turun.  Lama fermentasi  antara  4-5  hari  dan  bokhasi  dianggap  jadi  apabila berbau khas  fermentasi,  kering,  dingin  dan  ditumbuhi   jamur berwarna  putih.  Apabila  berbau  busuk,  maka  pembuatan bokhasi dianggap gagal.

CARA PEMAKAIAN KOMPOS ORGANIK

Kompos  organik  yang  dihasilkan  oleh  mitra  kerja  pengguna teknologi  inovatif  yang  dihasilkan  oleh  Loka  Penelitian  Sapi  Potong dapat  di gunakan  untuk  tanaman  padi ,  palawija  dan  hortikultura.  Cara pemberiannya  ditebarkan  merata  di permukaan  tanah  dengan  dosissesuai  jenis  tanaman; untuk  pemupukan  individu  seperti  tanaman dalam  pot  ( jeruk,  mangga,  bunga,  dsb),  kompos  disebarkan  dibawah kanopi  terluar  dari  daun;  untuk  hamparan  tanaman  padi  dan  tanaman palawija  diberikan  10  ton/ha  setiap  6  bulan;  untuk  tanaman  bawang merah  20.000  kg/ha;  untuk  tanaman  semangka  2  kg/bedengan. Marsono (2001) menyatakan  bahwa pemakaian pupuk kompos organik berdasarkan  umur  tanaman  adalah  500  g/tanaman  pada  umur  1 – 3 bulan, 1000 g/tanaman pada umur tanaman 4 - 9 bulan. Berdasarkan  hasil  pengkajian  BPTP  Jawa  Barat  menunjukkan bahwa  tanaman  tomat  varietas  sakura  yang  di pupuk  kompos  kotoran sapi  mampu  berproduksi  3,15  kg/tanaman.  Sedangkan  untuk  tanaman bawang  daun  dan  seledri  dengan  pemakaian  kompos  organik  kotoran sapi dapat meni ngkat produksi nya masing- masing 57,1% dan 47,6%. (Emar Maryamah, S.ST/Penyuluh Pertanian Muda)
sumber : Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan kotoran Sapi, PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN, DEPARTEMEN PERTANIAN 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar