Bagi masyarakat
perkotaan, bercocok tanam bukan hal mustahil untuk dilakukan saat ini. Dengan teknik
bercocok tanam pola ke atas atau lebih dikenal vertikultur. Sitem bertanam vertikal
ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah dengan lahan terbatas.
Misalnya lahan 1 meter persegi mungkin hanya bisa ditanami 5 tanaman, dengan system
vertical bias untuk 20 tanaman.
Selain untuk
menghijaukan pekarangan rumah, sistem vertikultur ini juga bias dijadikan
sumber pangan yang menyehatkan apabila yang ditamam berbagai jenis sayuran
tanpa menggunakan bahan kimia atau lebih populer budidaya secara organik.
Bagi yang tertarik
untuk menanam sayuran secara vertikultur berikut tahapannya:
Pembuatan Wadah Tanam Vertikultur
Contoh salah satu wadah
tanam dibuat talang air/paralon dengan panjang masing-masing 1 meter atau
sesuai selera. Kemudian talang tersebut disusun bertingkat dengan menggunakan
rak kayu atau bambu (Seperti pada gambar
1.) jangan lupa tiap talang/paralon diberi lubang pada bagian bawahnya agar air
siraman tidak tergenang. Pembuatan wadah tanaman
vertikultur ini sebenarnya bias dibuat sesuai selera dan disesuaikan dengan
lokasi.
Gambar 1. Model Vertikultur Talang
Gambar 2. Model Rak Bambu
Gambar 3. Model Pot Besi
Gambar 4. Model Paralon
Gambar 4. Model Bambu
Pengadaan Media Tanam
Media tanam
adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang
perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur
hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara
tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan
perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan
terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata.
Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk
mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman
dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam
tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan
menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran
media tanam kemudian dimasukkan ke dalam talang
hingga penuh. Untuk memperlancar sirkulasi akar maka sebaiknya bagian dasar
talang diberi alas berupa pecahan genting/bata/sterofoam. Media tanam di dalam
bambu diusahakan agar tidak terlalu padat
supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman
tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan
dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
Gambar 6. Pencampuran Media Tanam
Persiapan Bibit Tanaman
dan Penanaman
Sebelum berencana
membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah bibit tanaman,
Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya
ada tiga tahap dalam proses ini,
yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman. Seperti halnya
menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa
saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki
lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan
kelebihan air. Persemaian menggunakan wadah
khusus persemaian benih yang disebut tray
dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain
jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Dapat
juga persemain menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas
tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah
media tanam dari produk jadi yang bersifat
organik.
Gambar 5. Pemindahan Bibit Dari Bak Persemaian Ke Tray Persemaian
Gambar 6. Bibit Di Tray Persemaian
Jika menggunakan
tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena
setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun
bisa juga diisi 2 atau 3). Jika
menggunakan wadah lain maka jumlah benih
yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya,
dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak
berdempetan. Dua-tiga minggu setelah persemaian
benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya,
benih yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan.
Bibit
tanaman yang dipindahkan ke wadah
vertikultur sudah berumur lebih dari satu bulan, daunnya pun
sudah bertambah. Sebelum
bibit-bibit ditanam di wadah talang,
terlebih dahulu menyiramkan air ke alamnya
hingga jenuh, ditandai dengan menetesnya air
keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru
mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus
masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan tomat)dikelompokkan di
wadah bambu terpisah.
Gambar 4. Tanaman Selada Siap Tanam
Pemeliharaan Tanaman
Tanaman
juga memerlukan perawatan, seperti halnya
makhluk hidup yang lain. Tanaman memerlukan perhatian dan kasih
sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga
pengendalian hama penyakit.
Gambar 4. Penyiraman Dilakukan Setiap Hari
Sebaiknya
pupuk yang digunakan adalah pupuk organik
misalnya pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk bokashi. Disarankan
agar sayuran buah seperti cabe, tomat tidak mudah
rontok sebaiknya menambahkan NPK satu sendok teh atau sendok makan
tergantung besar kecilnya pohon. Pemberian NPK setiap 2 minggu sekali sekali. Di
perkotaan, pupuk kandang atau kompos
harganya menjadi mahal. Limbah dapur atau daun-daun
kering bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk
bokashi. Pupuk bokashi adalah hasil
fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik,
pupuk kandang, dan lain-lain) dengan
teknologi EM yang dapat digunakan sebagai pupuk organik
untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam
beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai
pupuk. Bila repot menggunakan membuat pupuk organik maka dapat menggunakan pupuk organik cair yang banyak dijual di toko.
Saat ini masyarakat
mulai banyak mempertimbangkan mengkonsumsi hasil
panen yang Iebih sehat cara penanamannya,
yaitu menggunakan pupuk dan pengendalian hama alami, meskipun
harga produk tersebut lebih mahal. Saran untuk berkebun di rumah
sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia. Ditekankan
pula jangan menggunakan furadan untuk
membunuh hama yang ada di dalam tanah. Penggunaan
furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari
tanaman kurang lebih selama sebulan. Jadi,
sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan furadan.
Pemanenan
Pemanenan
sayuran biasanya dilakukan dengan sistem
cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi,
selada, kangkung dan sebagainya). Apabila
kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih
menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja.
Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen
berulang-ulang.
Gambar 4. Tanaman Siap Dipanen
Gambar 4. Pemanenan Dapat Menggunakan Gunting Atau Pisau
Gambar 4. Pemanenan Juga Bisa Dilakukan Dengan Mencabutnya Langsung
Gambar 4. Tanaman Bayam Dan Pakchoy Siap Panen
(Emar Maryamah, S.ST/Penyuluh Pertanian Muda)
Informasi Lebih Lanjut Hubungi BP3K Kec. Cicurug
Terima kasih.. Sangat menginspirasi. Lebih sehat dgn organik!
BalasHapusPUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
BalasHapusmenyediakan HIDRO CLORAT (HCL) untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
Jempol buat kecamatan cicurug,keren abis,,semua ini bisa menjadi isnpirasi buat warganya,,
BalasHapus